03 April 2013

Menangis ketika dengar langsung bacaan AlQur’an Syekh Al Ghomidi


Sabtu 30 Maret lalu aku datang ke GBK ngikuti acara wisuda akbar ke-4 One Day One Ayat PPPA Darul Qur’an Ust Yusuf Mansyur. Acara kali ini sangat spesial karena dihadiri oleh banyak syekh dari arab saudi. Acara dimulai dengan sambutan ustadz Yusuf Mansyur kemudian dilanjutkan sambutan dari Syekh Basfar (beliau adalah ketua tahsin Internasional yang membawahi 67 negara). Setelah itu ada parade dari peserta rumah tahfidz seluruh Indonesia. Acara yang ditunggu-tunggu datang juga, syekh Al Ghomidi didampingi ustadz Yusuf Mansyur berdiri. Beliau membacakan surat Al Fatihah disambung dengan surat An-Naba. Selama ini hanya mendengar tilawah beliau dari kaset, cd. Tapi sekarang aku bisa mendengar langsung dari mulut beliau. Begitu merdunya suara beliau, indah dan seperti ada sesuatu yang kuat dari bacaannya. Tak terasa meleleh air mata ini mendengar tilawah beliau, terasa sejuk hati ini mendengarnya.  Ketika diwawancarai di tv one, beliau ditanya bagaimana bisa membuat ribuan umat yang mendengar bacaannya sampai menangis? beliau menjawab bahwa ketika membaca Al Qur’an tidak hanya benar dan bagus bacaannya tetapi juga disertai dengan ruh dalam hati. Subhanallah...

Ya Robb ingin rasanya setiap sholatku diimami oleh syekh2 imam haromain, begitu indah dan menyejukkan hati...  

02 April 2013

Belajar Menulis


Sudah lama gak update blog, bukan karena gak ada waktu atau terlalu sibuk, tapi ketika mau menulis sesuatu terganjal yang namanya takut tulisannya jelek, gak menarik, atau isinya gak berbobot. Atau juga khawatir tulisanku gak bermanfaat.  Ketakutan-ketakutan dan kekhawatiran ini yang membuatku mengurungkan niat untuk mengupdate blog. Mungkin hal ini tidak hanya aku alami sendiri tapi para blogger yang lain juga demikian. Aku pernah membaca disebuah blog temanku,dirantingcemara.wordpress.com, dia sudah jago dalam hal tulis menulis. Disana ada sebuah tulisannya yang membuatku tertarik membacanya yaitu tentang freewriting. “Freewriting itu nulis apa aja, bebas, cepet tanpa dihalang-halangi oleh apapun.” Gak perlu takut salah tulis, salah ejaan atau tidak sesuai dengan susunan bahasa yang benar. Kalaupun salah biarin aja gak usah dihapus atau diganti. Wow...kayaknya metode yang satu ini cakep juga buat melatih menulis tanpa takut salah dan khawatir gak bermutu. Katanya “menulis itu adalah keterampilan. Dan keterampilan harus senantiasa diasah.” Thx bro...mulai saat ini, aku akan coba untuk menulis tanpa mikirin lagi apa yang aku tulis. Dulu, sewaktu di Yogya, aku juga mendapatkan sebuah ilmu berharga dari senior. Menurutku beliau juga termasuk ahli tulis menulis, beberapa tulisannya dalam buku udah diterbitkan juga. Semboyan beliau adalah berbagi tak pernah rugi. Blognya: isroi.com Katanya, “ketika muncul suatu ide maka tulislah segera kalau tidak ide itu akan hilang. Ide muncul sewaktu-waktu dan dimana saja, gak peduli sedang kerja atau lagi santai, gak peduli di rumah, di kantor, di perjalanan bahkan pernah aku mendapat ide waktu di toilet!.... Tips yang diberikan kepadaku adalah bawalah notebook/catatan kecil kemanapun kamu berada, termasuk di toilet pun!!!.”

Yuk siapapun aja, mulai sekarang, mulai detik ini, kita mulai untuk menulis, mencatat tentang diri kita, lingkungan atau tentang apapun.
 
“Bukankah banyak tokoh yang terkenal sampai dengan saat ini karena ide/pendapat/temuan yang mereka nyatakan dalam suatu tulisan???

11 Desember 2012

Redenominasi Rupiah


Tajuk pada sebuah harian media cetak hari ini, menulis tentang redenominasi rupiah. Pengertian redenominasi rupiah adalah proses penyederhanaan rupiah dengan menghilangkan angka nol. Bukan pemotongan nilai mata uang. Misalnya dari Rp1000 menjadi Rp1, angka nolnya dihilangkan tiga digit.
Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari,  masyarakat sudah menerapkan redenomisasi tersebut. Tajuk mencontohkan bahwa di beberapa pusat perbelanjaan, restoran dan kafe untuk kalangan kelas menengah atas sudah menggunakan angka redenominasi seperti untuk minuman seharga Rp33.000 ditulis Rp33.
Pemerintah menargetkan mata uang redenominasi dan mata uang lama akan beredara bersama pada 2014-2018 dan mulai 2019 mata uang redenominasi berlaku sepenuhnya.  Tajuk menanyakan kesiapan pemerintah dalam menyosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat, mengingat waktu pelaksanaan yang begitu singkat. Tajuk menggarisbawahi bahwa kunci sukses pelaksanaan redenominasi sangat tergantung pelaksanaan sosialisasi pemerintah.
Menurut pengalaman penulis, jauh sebelum digembar gemborkan tentang redenominasi rupiah, masyarakat di kampung penulis yang notabene masyarakat kelas menengah ke bawah, sudah biasa menyebut nilai rupiah dengan menghilangkan tiga digit angka nolnya. Pernah suatu hari, penulis ngobrol dengan seorang tukang kayu tentang harga suatu barang dengan dialog bahasa Jawa sebagai berikut:”mas, sampeyan mbok tuku alat sing rodo canggih kae! Wah kae regane larang e mas, regane sewu (Rp1000) kuwi!” Terjemahannya “mas, kamu beli alat yang canggih itu lho! Harganya mahal mas, alat itu harganya seribu!”. Harga seribu yang dimaksud sebenarnya adalah satu juta (Rp1.000.000). Tidak hanya percakapan itu saja, penulis juga sering mendengar  tukang becak yang sedang ngobrol dengan temannya, kalau menyebut nilai uang pasti dihilangkan tiga digit angka nolnya.
Dari kenyataan ini, menurut penulis kalaupun redenomisasi rupiah diterapkan sekarang masyarakat tidak akan begitu kaget karena mereka sudah menerapkan hal itu sebelumnya.  

02 Februari 2012

nina bobo

Nina Bobo...Ooh Nina Bobo
Kalau tidak Bobo...Digigit nyamuk
Bobo lah sayang...Adikku manis
Kalau tidak Bobo digigit nyamuk

Lagu ini disini biasanya dilagukan oleh seorang ibu atau siapapun untuk menidurkan anaknya. Siapapun akan hafal dengan lirik lagu ini karena sederhana dan tidak panjang. Biasanya, sambil menggendong anaknya, si ibu menyanyikan lagu ini. Tidak lama kemudian si anak bisa tidur dengan pulas. Lirik lagu ini sangat sederhana tapi mujarab untuk menidurkan anak. Hihihi...padahal bukan mantra atau do'a.
Kalau diperhatikan dengan seksama, kita akan menemukan sebuah syair/lirik yang bisa membuat si anak tidur begitu mendengarnya. Apa itu? sebuah bait syair yang berbunyi "kalau tidak bobo...Digigit nyamuk". Bait syair inilah yang menurut saya membuat anak-anak langsung tidur. Sebuah bait yang menurut saya adalah bait "ancaman" yang memaksa anak-anak untuk tidur dan tanpa kita sadari telah sering kita ucapkan(nyanyikan) kepada mereka, hihihi...
Semakin sering dinyanyikan lagu ini kepada anak-anak maka sesungguhnya kita semakin sering menanamkan "ancaman" kepada mereka. Walaupun tujuannya mungkin baik, tapi apakah hal ini tidak akan mempengaruhi kejiwaan mereka atau mengubah perilaku mereka? mungkin bapak-bapak/ibu-ibu yang tahu/faham tentang psikologi anak-anak yang bisa memberikan penjelasannya.
Untuk menghindari hal-hal negatif yang ditimbulkannya, sebaiknya kita menggantinya dengan menyanyikan lagu-lagu atau membacakan suatu cerita yang bermanfaat dan bisa memberinya semangat/motivasi untuk mencapainya.

13 September 2011

BLACKBERRY…. 0o0o0H…. BLACKBERRY (yang menggugah nasionalisme)

Barang yang satu ini sungguh sangat menarik perhatian saya saat ini, sejak awal kemunculannya di Indonesia sudah menimbulkan masalah.

Saya teringat ketika beberapa waktu lalu, heboh masalah blackberry yang diangkat oleh Menkominfo kita (pak Tifatul). Pak Tif akan mencabut pengoperasian blackberry di Indonesia dengan alasan masalah pornografi. Hal ini menimbulkan banyak komentar yang mengalir dari masyarakat, dan sebagian besar komentar yang tidak setuju dengan langkah menkominfo. Setelah muncul komentar-komentar pedas dari masyarakat, akhirnya pak Tif mengkonfirmasikan bahwa sesungguhnya tidak hanya masalah konten porno yang dituntut tetapi ada permasalahan lain yaitu RIM sebagai operator blackberry dituntut untuk membangun server di Indonesia. Sehingga pemerintah dapat melakukan penyelidikan terhadap pelaku kejahatan dan dari sisi perekonomian, Indonesia dirugikan karena tidak bisa memungut pajak dari mereka. Kemudian diminta agar RIM juga merekrut dan menyerap tenaga kerja Indonesia secara layak dan proporsional. (salut buat pak Tif….!!!)

Sekarang blackberry menjadi bahan pembicaraan lagi ketika Menkeu (pak Agus) akan mempertimbangkan kembali perjanjian perdagangan bebas (ATF) yang sudah dilakukan dengan Negara-negara ASEAN dan Negara lainnya. Hal ini dipicu oleh pemilihan RIM yang akan membangun pabrik sebagai produsen blackberry dinegara tetangga kita Malaysia. Padahal mereka (Malaysia) menawarkan diri untuk pembangunan pabrik itu dengan alasan salah satunya adalah pangsa pasar yang besar di Indonesia. (Wah..wah… kita hanya jadi pangsa pasar saja pantas pak Agus marah)

Usulan untuk mengenakan PPnBM atas impor blackberry menjadi salah satu alternative agar kita tidak hanya menjadi pangsa pasar aja, sedangkan yang mengeruk keuntungan justru Negara tetangga kita. Biarlah kena sanksi WTO toh negara lain juga melakukannya (Kalau perlu dikenakan PPN Impor dan PPnBM Impor yang tarifnya paling tinggi aja pak, hihihi….)

28 Juni 2011

HAKIKAT PERAYAAN ULANG TAHUN KELAHIRAN

Bulan lalu adalah ulang tahun kelahiranku. Dan tiga hari sebelum tanggal kelahiranku, aku kehilangan ibunda tercinta. Beliau dipanggil kembali kehadirat Allah Yang Maha Penyayang setelah dua minggu berjuang melawan sakit. Ibunda yang melahirkanku dengan segala pengorbanan baik jiwa maupun harta. Kemudian membesarkanku dengan kasih sayang yang tiada mungkin aku dapat membalasnya. Hanya kesabaran yang terpancar diwajah beliau. Tidak ada dalam hatinya perasaan marah sedikitpun ketika aku telah membuat kecewa hatinya. Aku coba merenung di tanggal kelahiranku, betapa beratnya perjuangan ibu melahirkan aku yang hanya dibantu seorang dukun bayi di sebuah desa yang terpencil. Di akhir hidupnyapun tidak tampak penderitaan yang dialami, walaupun kadang beliau mengeluh tentang sakitnya yang dialami di hari-hari terakhirnya. Tapi dari wajah ibunda selalu terpancar kebahagiaan bahkan ketika menerima tamu yang menjenguk di rumah sakit. Hari-hari terakhir itu, telah membuatku lengah. Aku yakin ibu akan segera sembuh, beliau sudah mau makan dan lumayan banyak. Ketika aku pamit untuk kembali ke Jakarta, tampak kesedihan di wajah ibu. “Aku ojo ditinggal tho le.. le..!”, begitu kata ibu. Sedih memang mengingat itu, tapi semua yang bernyawa pasti akan kembali kepada Allah. Sabar..sabar…dan sabar…., hanya itu yang bisa aku lakukan. ”Ibunda, insyaAllah engkau meninggal dalam keadaan khusnul khotimah,”….

Kembali ke ulang tahun kelahiran, aku teringat beberapa tahun lalu seseorang teman yang mengirimkan sebuah puisi karya Taufik Ismail, hati ini jadi merenung kembali. Sungguh milad kelahiran itu adalah mengingatkan kita akan perjuangan berat seorang ibu yang melahirkan kita. Pengorbanan beliau dalam membesarkan kita. Bukan pesta-pesta, tiup lili, dapat kado ulang tahun, bahkan cipika-cipiki. Kalaupun ada kado yang pantas menerima adalah ibunda kita, Kalaupun ada ucapan ultah yang pantas menerimanya adalah ibunda kita.

Inilah puisi karya Taufik Ismail itu:

Cerita Seorang Anak yatim Piatu Selepas Pesta Ulang Tahun Tetangganya

Seminggu lalu
datanglah undangan
untuk kami anak-anak penghuni panti asuhan
diantarkan seorang ibu
dan anak gadisnya.

Sekolahnya kira-kira di SMA
mereka naik Corolla biru

dari pakaian, cara bicara dan perilaku
kelihatan tamu ini orang gedongan
golongan yang hidup lebih dari kecukupan.

Mereka mengundang
anak-anak panti asuhan
untuk ikut acara ulang tahun
Rebo jam tujuh malam.

Dan berangkatlah kami pada waktu yang ditentukan
berjumlah dua puluh tiga, termasuk bapak dan ibu asrama
jalan kaki bersama, karena jaraknya cuma terpisah sepuluh rumah saja.

Rombongan disilakan masuk dengan ramah
dan anak-anak berusaha duduk di belakang-belakang saja
tapi disuruh berbaur dengan tamu-tamu lainnya
para remaja belasan tahun
mereka sehat-sehat, harum-harum
berbaju mahal dan tembem-tembem pipinya
saya berjuang melawan sifat minder saya
duduk di tengah ruang tamu yang luas.

Di atas karpet bersila, pegal dan canggung
di antara jajaran barang antik dan macam-macam perabotan
di bawah lampu kristal bergelantungan.

Tapi alangkah aku jadi heran
tidak ada acara potong kue dan tiup lilin
tidak ada tepuk tangan mengiringi
lagu Hepi-Bisde-Tuyu
Hepi-Bisde-Tuyu.

Lalu seorang remaja membaca
Surah Luqman dengan suara amat merdunya
dan suaranya berubah jadi untaian mutiara
yang berkilauan jadi kalung di leher pendengarnya.

Kemudian
Lia yang berulang tahun
berpidato sangat mengharukan
dalam acara seperti ini
bukan saya yang jadi pusat perhatian
diperingati atau dihargai

tapi mama
ya, mama kita
ibunda kita
dan
ayahanda.
Ibunda dan ayahanda
pusat perhatian kita.

Hari ini, enam belas tahun yang lalu
mama melahirkan saya
posisi saya sungsang
saya terlalu besar
jadi mama harus sectio caesaria

mama dibedah,
berdarah-darah
seluruh keluarga khawatir dan berdoa
di luar ruang operasi
duduk menanti berita
dalam kecemasan luar biasa
tapi alhamdulillah
kelahiran selamat
walaupun mama sangat menderita

Sekarang ini, enam belas tahun kemudian
ulang tahun saya dirayakan
saya pikir, tidak logis saya jadi pusat perhatian
harus mama yang jadi pusat perhatian
mama. Bukan saya
saya pikir, tidak logis saya minta kado
harus mama yang diberi kado

Anak gadis itu berhenti sebentar
dia sangat terharu
kemudian dia mengambil sebuah bungkusan
kertas berkilat, diikat pita berbentuk bunga.

Mama
terima kasih mama, terima kasih
mama telah melahirkan
saya dengan susah payah
mama menyabung nyawa
berdarah-darah.

Persis
malam ini, 16 tahun yang lalu
terimalah rasa terima kasih ananda
tidak seberapa harganya.

Mamanya berdiri
terpukau pada kata-kata anak
gadisnya
terharu pada jalan pikirannya
yang dia tak sangka-sangka
dia langsung memeluk anaknya
terguguk-guguk menangis
keduanya tersedu-sedu
hadirin menitikkan air mata pula
suasana mencekam terasa
dan hening agak lama

Kemudian kakak pembawa acara berkata
para hadirin yang mulia
ini memang kejutan bagi kita
karena dengan tahun yang lalu
acara ini berbeda
Lia tidak mau tiup lilin jadi acara
karena ditemukannya di ensiklopedia

Manusia di Zaman Batu di Eropah
percaya pada kekuatan
nyala lilin, begitu tahayulnya
bisa mengusir sihir, roh jahat, leak dan
memedi begitu katanya
termasuk si jundai, setan, hantu, kuntilanak dan
gendruwo.

Dan itu berlanjut ke zaman Romawi kuno
lalu dikarang lagi
berikutnya superstisi
yaitu apabila lilin-lilin itu sekali tiup nyalanya
semua mati.

Maka akan terkabul
apa yang jadi cita-cita di dalam hati.

Lia tidak mau acara ulang tahunnya
oleh tahayul jadi bernoda
acara yang ditentukan oleh budaya jahiliah zaman
purbakala.

Katanya: “Kok tiupan nyala 16 lilin
bisa menentukan nasib saya?
Allah yang menentukan nasib saya.

Sesudah kerja keras saya
saya tidak mau dibodoh-bodohi tahayul
walaupun itu datangnya dari
barat atau pun timur juga.

Saya tidak mau dibodoh-bodohi budaya mereka
minta kado dari papa dan mama
minta kado dari keluarga dan
kawan-kawan saya.

Saya tidak mau cuma jadi kawanan burung kakaktua
burung beo yang pintar meniru adat Belanda dan Amerika
dalam acara ulang tahun kita
begitu katanya.

Sesudah bertangis-tangisan
dengan ibunya
berkatalah yang berulang tahun itu

Hadiah paling saya
harapkan dari kalian
adalah doa bersama
sesudah hamdalah dan
salawat
karena saya ingin jadi anak yang baik laku
jadi perhiasan di leher ibuku
jadi penyenang hati ayahku
rukun dengan kakak-kakak dan
adik-adikku
bertegur-sapa dengan semua tetangga
dan kelak ketika dewasa
berguna bagi Indonesia.

Anak yatim piatu yang mendapat undangan itu
lihatlah bersama kawan-kawannya
disilakan makan bersama-sama
dengarlah kisah kesannya.

Kini, dalam acara makan kunikmati nasi
beras Rajalele yang putih gurih
dendeng tipis balado, ikan emas panggang
dan udang goreng, besar dan gemuk-gemuk
belum pernah aku memegang udang sebesar itu.

Di asrama ikan asin dan tempe
seperti nyanyian yang nyaris abadi
kadang-kadang makan pun cuma sekali sehari.

Ketika kulayangkan
pandangku ke depan
kulihat tuan rumah yang baik hati itu
bapak dan ibu itu
berdiri bersama Lia anak gadisnya
berbicara amat mesranya.

Kubayangkan ayahku almarhum
mungkin seusia dengan bapak ini
beliau meninggal ketika umurku setahun.

Kubayangkan ibuku almarhumah
wafat ketika aku kelas enam SD
mungkin seusia pula dengan ibu itu.

Tidak pernah aku merayakan ulang tahunku
Tidak pernah.

Semoga sorga firdaus jua
Bagi ibu bapakku

Panas
mengembang di atas pipiku
tak tertahan
titik air mataku.


Taufik Ismail, 2007

11 Mei 2011

ANTARA DO’A DAN PALU

Judul ini aku ambil dari sebuah kejadian yang aku alami beberapa hari lalu ketika ada acara workshop (istilahnya jadi aneh jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia)

Sebuah sms aku terima di minggu siang. “mas, sampeyan diminta untuk baca do’a pada acara besok.” Byuh, modar aku !!!.... bukan apa-apa...aku ini termasuk yang demam panggung, jadi kalau disuruh maju untuk apa saja pasti deg-degan. Sebenarnya banyak masukan dari buku, teman yang ngasih tahu cara menghilangkan demam panggung itu tapi kok ya tetap aja. Apa aku harus ke dukun ya! Upst jangan boss.............. itu syirik!!! Kata hatiku berbisik.

Bismillah....aku pasti bisa.... (terngiang2 kata teman sekosku: ”orang takut ketinggian itu wajar karena banyak orang mati karena jatuh dari tempat tinggi, tapi gak ada ceritanya orang mati karena ngomong, makanya nggak usah takut ngomong”). Hemm...adhem...mak nyess hati ini mengingat itu. Maju kamu pasti bisa.....

Langkah pertama adalah googling kumpulan do’a yang pas untuk dibaca nanti. Alhamdulillah berkat bantuan teman ketemu juga. Acara dimulai tepat pukul 8 pagi, setelah sambutan dari pimpinan dilanjutkan dengan pembacaan do’a. Alhamdulillah walau agak gemetar tergolong sukses juga bacanya.

Acara berlangsung dua hari dan tibalah acara penutupan yang akan disampaikan oleh bapak pimpinan lagi. Kebetulan waktu mau turun ke ruang acara bertemu dengan bapak pimpinan di depan lift. Beliau langsung menunjuk,” mas sampeyan baca do’a lagi lho”. Karena kaget spontan kujawab,” maaf pak gak ada di rundown acaranya, langsung pidato penutupan bapak aja,”.

Jantung langsung terasa dag dig dug, “wah yen dipeksa moco donga piye iki” gumamku.
Untungnya pak pimpinan berkata lain,” ya udah carikan palu aja,” Seketika aku sama temanku bergegas mencarikan palu ke bagian umum. Tanya ke pegawai disana katanya yang ada palu besi bukan palu kayu yang khusus untuk acara. Belum menyerah aku mencari ke lantai 6 karena menurut informasi kemaren ada acara rapat mereka punya palu kayu itu. “Daripada disuruh baca do’a, mending cari palu aja deh, hehehe...”

Alhamdulillah dapat palunya dan pada saat penutupan akhirnya gak ada pembacaan do’a tapi pengetokan palu sebagai tanda acara ditutup.

Baru sadar ternyata palu bisa menggantikan pembacaan do’a, soalnya waktu pembukaan gak pake acara ketuk palu tapi pembacaan do’a hihihi........