05 Oktober 2010

MIMPI NAIK KERETA API CEPAT


Sejak bertugas di Jakarta bulan Maret lalu, pulang ke yogya atau solo selalu naik kereta api. Dulu tidak pernah terlintas jadi anggota PJKA (pulang jumat kembali ahad). Alhamdulillah, ternyata banyak teman-teman yang melakukan hal yang sama. Awal-awal bulan, saya dan beberapa teman sering naik kereta api ekonomi Bengawan. Kereta api jurusan Jakarta tanah abang-solo jebres. Pertimbangannya sih tiketnya yang murah cuman Rp. 37.000,- jadi bisa irit ongkos pulang. Tapi konsekuensinya harus berdesak-desakan, untung selama ini selalu dapat tempat duduk. Banyak penumpang yang gak dapat tempat duduk, mereka berdiri dari Jakarta sampai purwokerto bahkan ada yang sampai stasiun kebumen. Ck..ck..ck.. perasaan heran, kagum, haru bercampur jadi satu. Belum lagi kalau para pedagang yang lalu lalang, mereka berusaha melompati para penumpang yang duduk di jalan gerbong kereta. 11 Jam saya menahan untuk tidak buang air kecil. Gimana mau buang air kecil lha wong kamar kecilnya aja sudah ditempati penumpang.

Alhamdulillah, walaupun dengan kondisi seperti itu saya menikmatinya. Begitulah gambaran naik kereta api ekonomi di negeri tercinta ini. Masyarakat dengan penghasilan rendah hanya bisa menikmati kereta ekonomi. Dan satu hal yang membuat saya kagum kepada mereka adalah tidak tampak diraut muka mereka adanya kegelisahan, kekecewaan. Mereka serasa menikmati perjalanan dengan hati yang riang. Atau mungkin mereka memang hanya bisa melakukan hal itu, pasrah dengan keadaan.

Kereta bisnis dengan tarif lebih mahal berbeda lagi kondisinya. Harga tiketnya untuk tujuan Jakarta-Solo rata-rata Rp. 130 ribu. Bisa dikatakan kondisi kereta ini lebih baik lagi, penumpang tidak berdesak-desakan. Waktu tempuh Jakarta-Solo pun lebih pendek. Toilet pun bisa digunakan dengan baik. Yang terbaik saat ini adalah kereta api eksekutif. Harga tiketnya rata-rata Rp. 300 ribu. Waktu tempuh Jakarta-Solo lebih pendek lagi. Ruangannya dingin karena memakai AC. Pokoknya nikmat.

Tapi secepat-cepatnya kereta api eksekutif seperti argo bromo, argo lawu masih kalah cepat dengan kereta api di luar negeri. Argo Bromo kecepatan rata-rata 90 km/jam. Padahal di Jepang kereta Shinkansen kecepatannya bisa mencapai 300 km/jam. Wuih, Jakarta Solo bisa ditempuh dalam waktu 3 jam saja. Kapan bisa menikmati kereta seperti ini di sini ya?

Saya pernah berbincang-bincang dengan salah seorang penumpang tujuan Bandung, dia bercerita tentang kereta api di luar negeri dan dibandingkan di Indonesia. Katanya, sebenarnya kita bisa mempunyai kereta cepat seperti Shinkansen itu, asalkan jalurnya memadai. Struktur jalur rel harus diperbaiki. Tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Hemm…. Masih berandai-andai kapan di Indonesia punya kereta seperti Shinkansen ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar