Bencana alam sepertinya tidak henti-hentinya menimpa kita. Gempa bumi yang dahsyat sampai dengan letusan gunung berapi terus melanda kita. Terlintas dalam ingatan kita bagaimana tsunami besar meluluhlantakkan Aceh, kemudian disusul gempa bumi di Yogyakarta, dan bencana alam lainnya yang tak kalah dahsyat dan telah menelan banyak korban jiwa. “Apakah alam mulai enggan bersahabat dengan kita?”, kata Ebiet G. Ade dalam syair lagunya. Apa yang seharusnya kita lakukan? Apakah kita harus menaklukkan alam seperti yang dikatakan oleh orang-orang Barat yang mewarisi orang-orang Romawi?.
Sayyid Quthb dalam fii zhilalil Qur’an mengatakan, ungkapan tersebut menunjukkan pandangan bodoh yang terputus hubungannya dengan Allah dan dengan ruh alam semesta yang tunduk kepada Allah. Seorang muslim percaya bahwa ada hubungan lain selain hubungan penaklukan dan kekerasan. Karena sesungguhnya Allah telah menundukkan alam untuk manusia dan memudahkannya untuk menyingkap rahasia-rahasianya dan mengenal hukum alam. Sikap seorang manusia muslim terhadap kekuatan alam adalah berusaha mengenalnya dan bersahabat dengannya, bukan takut dan memusuhinya. Hal itu disebabkan karena kekuatan manusia dan kekuatan alam itu bersumber dari irodah dan kehendak Allah, tunduk kepada irodah dan kehendak-Nya itu, saling mengisi dan saling membantu dalam gerak dan arahnya.
Manusia harus memikirkan dan mengenali sendiri jalan untuk bersahabat dengan alam. Apabila kekuatan alam mengganggunya, hal itu disebabkan manusia tidak memikirkannya dan mengenalinya dengan baik, serta tidak mengerti hukum alam. Apabila manusia memikirkan, menjinakkan, dan mengenal rahasia-rahasia alam, maka ia akan hidup bersama alam dalam suasana yang tenang, bersahabat dan penuh kecintaan. Kita ingat bagaimana saudara-saudara kita di Simeuleu ketika terjadi tsunami, begitu melihat air laut surut mereka langsung berlarian menuju daerah yang lebih tinggi. Hal ini mereka lakukan karena mereka belajar dari kejadian yang pernah terjadi pada nenek moyang mereka. Dan mereka selamat dari musibah tsunami itu. Allahu a’lam